NEWSENERGI.COM – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa perkembangan teknologi, termasuk kecerdasan artifisial (AI), tidak akan menghilangkan lapangan kerja. Sebaliknya, inovasi seperti AI justru akan membuka peluang-peluang baru yang membutuhkan banyak tenaga kerja.
Pernyataan ini disampaikan Airlangga dalam acara “Indonesia Merdeka AI” yang berlangsung di Jakarta pada Rabu (24/9/2025). Menurutnya, AI adalah teknologi yang sangat haus akan talenta.
“AI itu membutuhkan tenaga kerja yang banyak, bahkan hingga 10 ribu tenaga kerja,” kata Airlangga. “Teknologi selalu membuka kesempatan kerja yang baru.”
Untuk memastikan generasi muda siap menghadapi era digital ini, Airlangga menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan strategi komprehensif. Salah satu langkah utamanya adalah program pemagangan bagi lulusan perguruan tinggi. Program ini didorong agar dapat menyerap hingga seratus ribu peserta, yang diharapkan dapat langsung masuk ke dunia kerja.
Airlangga menekankan bahwa transformasi digital harus menjadi mesin pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia, berjalan beriringan dengan ekonomi berbasis komoditas. Dengan strategi ini, daya saing Indonesia di kancah global diyakini akan meningkat.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menyoroti pentingnya adopsi teknologi AI yang mampu menjawab berbagai persoalan di masyarakat. Menurut Nezar, penerapan AI dapat memberikan dampak positif di berbagai sektor, mulai dari pangan, kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi kreatif.
“Untuk memastikan pengembangan kecerdasan artifisial yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan, maka kita membutuhkan fokus,” ucap Nezar. “Fokus dalam peta jalan kecerdasan artifisial yang bisa jadi pegangan kita bersama.”
Lebih lanjut, Nezar menekankan bahwa penguatan kolaborasi menjadi syarat utama dalam pengembangan ekosistem AI nasional. Ia menyebut keterlibatan pemerintah, akademisi, sektor swasta, komunitas, dan masyarakat sipil sangatlah penting.
Tak hanya itu, Nezar juga mengingatkan bahwa risiko teknologi baru harus diantisipasi secara matang. Hal ini karena seringkali konsekuensi dari teknologi yang muncul tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Dengan demikian, persiapan yang matang menjadi krusial dalam menghadapi perkembangan AI di masa depan. (CSY)